Jumat, 21 Desember 2018

Kritik "Typical" Arsitektur

Studi-o Cahaya / Mamostudio

Lokasi : Jakarta, indonesia    Arsitek : Adi Purnomo    Area : 600sqm    Tahun : 2009
Pemenang IAI awards 2015 kategori : Bangunan Mixed Use

"Karya ini mampu menggabungkan 3 fungsi
melalui penataan cahaya dan udara alami,
permainan bayangan pada ruang dalam 
menjadi dramatis dan membentuk ruang 
yang dinamis serta penggunaan bangunan
untuk rumah tinggal, galeri dan kantor 
dengan terintegrasi."

- sebuah penilaian oleh dewan jury pada 
  penghargaan IAI tahun 2015   




Fungsi dari bangunan ini memiliki tiga bagian penggunaan yang berbeda, antara; ruang hunian, tempat kerja, dan art gallery yang terkadang juga buka untuk umum. - archdaily.com

Dengan mengetahui fungsi tersebut, bisa dikatakan bahwa bangunan ini bisa masuk dalam kategori 'bangunan komersial' bukan 'mixed used' karena kegiatan dalam bangunan ini lebih memenuhi syarat untuk bangunan komersial meskipun, juga didukung oleh penampilannya. Ditambahi oleh kedatangan para pengunjung gallery, bangunan tersebut diperlukan untuk memiliki suatu 'opening hours' agar tidak menggangu jadwal dan privasi penghuninya. 




Struktur yang paling dominan adalah beton yang berbentuk runcing seperti prism dan banyak bukaan agar cahaya matahari dan penghawaan alami dapat memasuki bangunannya. Dilengkapi oleh kaca sebagai filter cahaya dan sebagai alat pemisah ruang pada interiornya, memiliki keterampilan yang modern dan minimalist. 









Senin, 26 November 2018

Kritik 'Interperatif' Arsitektur

Struktur Kayu Sebagai Response Terhadap Perubahan Iklim

Sebagai seorang arsitek, akan selalu mencari suatu desain atau solusi yang ethical dan sustainable di jaman 'climate change awareness' ini. Timber architecture, technologi yang menjadi response terhadap peristiwa moderen ini telah di terapkan di beberapa negeri besar, seperti; Jepang mengumumkan sebuah proyek untuk membangun 'skyscraper kayu' di Tokyo pada tahun 2041 yang akan datang, sedangkan di Eropa akan mengadakan 'bangunan berstruktur kayu' terbersar di Netherlands, dan 'tower kayu' tertinggi se-dunia di Norway. Potensi untuk kayu massal telah menjadi material yang dominan untuk perkotaan yang sustainable di masa depan dan telah menjadi suatu estetika yang unik dalam dunia arsitektur moderen. Hal ini menjadi suatu topic yang menarik dan inspirasi bagi perusahaan arsitek, universitas, dan pemerintahan untuk mendalami dan berinvestasi dalam proyek yang sangat ambisi ini. 


Dalam lingkungan perkotaan, mayoritas bangunan menggunakan struktur baja, concrete, dan kaca. Hal itu telah menjadi suatu yang iconic dalam perancangan arsitektur sesuai dari idea yang di terapkan oleh Miles van der Rohe pada tahun 1920, sebagai pergerakan arsitektur modernist. Pada tahun tersebut keadaan dunia merupakan industrial yang booming dan itu masuk akal untuk menerapkan teknologi seperti baja, concrete, dan kaca ke bangunan. Melihat jaman terkini, keadaan dunia sangat kompleks dengan beberapa issue yang pantas di analisa. Memang perubahan iklim adalah suatu peristiwa tersebut, namun, keadaan dunia yang paling mencolok pada jaman terkini adalah (menurut saya); 'Post 9/11' yang terjadi di amerika Serikat, maka itu, dunia mengadakan kesadaran global terhadap peristiwa ini dengan menciptakan teknologi 'cybernetic' suatu pendekatan terhadap 'artificial intelligence' dan 'digital age' oleh karena itu, arsitektur akan lebih menguntukan jika menyesuaikan prinsipnya terhadap topik atau peristiwa tersebut. Selain itu, issue mengenai perubahan iklim bisa diselesaikan oleh ilmuan-ilmuan atau geologis yang profesional.

Memang pendapat saya bisa dikatakan 'sinis' bagi beberapa orang. Tetapi menurut saya, cara berfikir seperti ini akan membantu untuk mempersiapkan diri dari 'senario terburuk' di masa depan.


Objek: Tower Kayu Tertinggi di Australia, Bribane





Menurut saya, material kayu lebih efesien dan hemat biaya saat digunakan sebagai material finishing, material pendukung, bukan sebagai struktur inti dari bangunan; apalagi bangunan itu adalah bangungan high-rise maupun skyscraper. Meskipun kayu memiliki faktor-faktor yang environmental friendly, jumlah kayu yang dibutuhkan untuk membangun suatu high-rise atau skyscraper sangat banyak dan akan memakan banyak ekar hutan. Bukan hanya itu, tetapi material kayu tidak dapat menahan kebakabaran, vandalisme, dan menarik kehidupan hewan-hewan yang tidak di inginkan. 

Kesimpulannya, kayu tetap menjadi sebuah material yang populer dan prestigious dalam dunia arsitektur dan akan memiliki potensi sebagai response terhadap perubahan iklim dan estetika bangunan di jaman yang akan datang. Namun, berfikir secara progresif; menurut saya, menerapkan material kayu sebagai struktur inti dalam bangunan besar adalah suatu langkah mundur menju kemajuan arsitektur. 







Selasa, 20 Maret 2018

Lotte World Tower

Latar belakang

Lotte World Tower adalah bangunan pencakar langit yang super-tinggi memiliki 123 lantai dan tingginya 554.5 meter yang terletak di Seoul, South Korea. Gedung ini dibuka untuk umum pada tanggal 3 April 2017 dan saat ini merupakan gedung tertinggi di South Korea, dan merupakan gedung tertinggi ke-5 di dunia.

Outdoor Activities

Gedung ini memiliki sangat banyak aktivitas; maupun indoor atau outdoor. Gedung ini digunakan sebagai "Mixed Use" yang memiliki fasilitas-fasilitas seperti: hotel, resedensial, culinary, dan bentuk entertainment atau event yang bervariasi yaitu; fireworks, lumiart shows, cinema, dan concert halls.

Salah satu aktivitas outdoor yang sangat menarik adalah "Lotte World Tower Fireworks Festival"
gedungnya dihiasi oleh lebih dari 30.000 petasan di langit malam Seoul dengan tema "Miracle of Korea".   




Selain itu ada juga yang disebut "LumiArt Show" fasad pada bangunannya dihiasi oleh pencahayaan warna-warni dengan menggunakan lebih dari 130.000 LEDs, para pengunjung dapat menyaksikan pemandangan panoramik yang mengagumkan. LumiArt Show ini juga menfiturkan lagu yang berjudul: 'Made in Love' oleh Song Ju -myeong, 'CooKoo Clock, Christmas Tree' oleh Mark brickman, dan 'Dancing Tree' oleh Kimgo.